Tulisan saya ini masih berkaitan dengan film Journey to the center of the earth, saat diawal film Trevor yang bekerja sebagai dosen memberikan materi kuliah tentang continental drift kepada mahasiswanya. Namun mahasiswanya kurang simpatik terhadap materi tersebut, dan Trevor kelihatan kelelahan karena pelajarannya kurang menggema di pikiran mahasiswanya. Ada kata-kata menarik saat Trevor menerangkan materi itu kepada para mahasiswa yang hadir disana. Trevor mengatakan “walaupun Wegener pernah dilok-olok oleh komunitas ilmuwan, dia tampaknya benar dalam teorinya tentang benua yang disebut dengan Pangea”. Melihat dari kata-kata itu, tentunya kita mengerti bila kita akan membicarakan tentang bumi pastinya kita juga harus mengetehui tentang teori tersebut. Teori Kontinental Drift memang sempat diragukan oleh para ilmuwan pada zamannya, disaat teori itu baru pertama kali mengemuka. Tentunya kita juga harus tahu bahwa teori continental drift dikemukakan oleh Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi pada bukunya yang berjudul “The Origin of Continents and Oceans” yang terbit pada tahun 1915. Seperti mencocokkan sebuah model permainan jigsaw, bahwa benua pada awalnya saling berkaitan atau menyatu satu sama lain. Dan dapat dilihat dengan melihat setiap peta dunia. Gambar dibawah ini akan menunjukkan bahwa benua Afrika dan Amerika Selatan dulunya pernah bergabung.
Tidak hanya itu, Wegener juga menyimpulkan tentang penyatuan benua yang dinamakan sebagai Pangea. Dari benua besar tersebut kemudian terpisah-pisah menjadi beberapa bagian yang kemudian kita kenal sampai sekarang ini. Silahkan lihat gambar dibawah ini :
Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada, dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti ‘bongkahan es’ dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Dan tentunya tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Wegener tidak memiliki penjelasan untuk bagaimana pergeseran benua bisa terjadi. Ia mengusulkan dua mekanisme yang berbeda untuk drift (melayang) ini, yang didasarkan pada gaya sentrifugal yang disebabkan oleh rotasi bumi dan ‘argumen pasang surut’ berdasarkan daya tarik pasang surut matahari dan bulan. Namun penjelasan ini ternyata dirasakan tidak memadai dan terlalu lemah.
Di kemudian hari, barulah dibuktikan teori yang dikemukakan oleh geolog Inggris yang bernama Arthur Holmes pada tahun 1920. Bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya justru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge. Kemudian muncul teori baru yang bernama tektonik lempeng, dan menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula ditanggapi beragam oleh observasi geologis lainnya. Tak lama kemudian para ilmuwan mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
Terlepas dari kritik berbagai disiplin ilmu, Wegener dapat dikatakan mempunyai andil yang sangat besar dalam munculnya teori tektonik lempeng. Pemikirannya sungguh luar biasa, walaupun ia sendiri tidak dapat membuktikan teorinya tersebut namun mampu menjaga Kontinental Drift sebagai bagian dari diskusi sampai kematiannya. Kita dapat mengenang Alfred Wegener sebagai seorang ilmuwan yang memperjuangkan teori Kontinental Drift pada decade pertama abad kedua puluh. Walaupun ia pernah dicemooh dan diolok-olok oleh para ilmuwan pada zamannya, namun pemikirannya patut ditiru dalam memandang kondisi bumi kita ini. Sekali lagi di dumi kita ini tidak ada yang tidak mungkin semua bisa terjadi, maka dari itu perlu adanya pembuktian bila kita mempunyai ide dan pemikiran yang kritis.
0 komentar:
Post a Comment